Sabtu, 16 September 2017

CINTA TANAH AIR




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Cinta tanah air, ungkapan ini tentunya sering kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari. Cinta tanah air merupakan perwujudan rasa bangga akan tanah airnya, rela berkorban untuk bangsa dan negaranya, dan menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsanya.
Rasa cinta tanah air dan bangsa yang terangkum dalam semangat patriotisme harus selalu tertanam dalam setiap sanubari rakyat Indonesia. Apalagi, akhir-akhir ini rasa nasionalisme tersebut kian dirasakan tidak sekuat dahulu. Untuk itu perlu digalakan kembali semangat kebangsaan ini. Semangat inilah yang ingin juga ditumbuhkembangkan demi menciptakan generasi yang sangat mencintai tanah tumpah darahnya.
Generasi “founding fathers” pada masa penjajahan berhasil membangkitkan rasa cinta tanah air dan bangsa yang pada akhirnya berhasil memerdekakan bangsa Indonesia. Kalau saja rasa cinta tanah air dan bangsa sekali lagi bisa menjadi faktor yang memotivasi bangsa Indonesia, ada kemungkinan bangsa Indonesia akan bisa bangkit kembali dengan masyarakatnya bisa menghasilkan karya-karya yang membanggakan kita sebagai bangsa
Individu yang memiliki rasa cinta pada tanah airnya akan berusaha dengan segala daya upaya yang dimilikinya untuk melindungi, menjaga kedaulatan, kehormatan dan segala apa yang dimiliki oleh negaranya. Rasa cinta tanah air inilah yang mendorong perilaku individu untuk membangun negaranya dengan penuh dedikasi. Oleh karena itu, rasa cinta tanah air perlu ditumbuhkembangkan dalam jiwa setiap individu yang menjadi warga dari sebuah negara atau bangsa agar tujuan hidup bersama dapat tercapai.
Kapan patriotisme itu seharusnya ditumbuhkan atau dikembangkan? Sejak anak usia dini, inilah waktu yang paling tepat. Anak adalah investasi bangsa. Guru hendaknya bisa menggali potensi dan menanamkan kebanggaan untuk bisa mencintai negerinya sendiri. Kegiatan pembelajaran yang cenderung terfokus pada indikator yang ada pada kurikulum, kadang membuat guru lupa untuk mengembangkan kreasinya dalam mengolah tema pembelajaran.
Pada usia ini, anak dengan segala keunikannya adalah usia emas di mana anak sangat mudah menyerap informasi dan peka dengan lingkungannya. Segala hal yang terekam pertama kali oleh anak akan tertanam dalam otaknya hingga ia dewasa. Oleh karena itulah mengapa pada sekolah dasar sangat ditekankan pengembangan sikap dan perilaku serta kemampuan dasarnya agar pada usia emas ini anak sudah memiliki dasar pendidikan yang kuat untuk menapaki jenjang pendidikan selanjutnya.
Oleh sebab itu, guru perlu melakukan upaya-upaya untuk menanamkan rasa cinta tanah air kepada siswanya. Apabila sejak dini perasaan bangga akan bangsanya sudah ditanamkan dengan kuat, maka semangat patriotisme akan melekat dalam diri anak. Anak usia SD tahap perkembangan kognitifnya berada pada tahapan operasional konkret menurut Piaget.
Maksudnya, anak menerima segala sesuatunya secara konkret dan masih belum bisa berpikir abstrak. Oleh sebab itu, sebagai guru kita harus menanamkan rasa cinta tanah air kepada anak didik kita secara konkret dan bukan sekedar teori. Apa saja upaya yang bisa dilakukan oleh guru untuk menumbuhkan atau menanamkan cinta tanah air kepada siswanya akan dibahas dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah
  1. Bagaimana upaya menanamkan rasa cinta tanah air kepada siswanya di sekolah?
  2. Bagaimana upaya menanamkan rasa cinta tanah air di keluarga?
  3. Bagaimana upaya menanamkan rasa cinta tanah air di masyarakat?

1.3 Tujuan
  1. Mengetahui bagaimana upaya menanamkan rasa cinta tanah air di sekolah
  2. Mengetahui bagaimana upaya menanamkan rasa cinta tanah air di keluarga
  3. Mengetahui bagaimana upaya menanamkan rasa cinta tanah air di masyarakat

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Cinta Tanah Air
Cinta tanah air atau bela negara adalah tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia serta keyakinan akan kesaktian pancasila sebagai ideologi negara dan kerelaan untuk berkorban guna meniadakan setiap ancaman, baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi nasional serta nilai- nilai Pancasila dan UUD 45.
Upaya bela negara adalah kegiatan yang dilakukan oleh setiap warga negara sebagai penuaian hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pertahanan keamanan negara. Upaya bela negara merupakan kehormatan yang dilakukan oleh setiap warga negara secara adil dan merata. Hak dan kewajiban warga negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam upaya bela negara antara lain diselenggarakan melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN). Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) adalah pendidikan dasar bela negara guna menumbuhkan kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia.
Keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai Ideologi negara, kerelaan berkorban untuk negara, serta memberikan kemampuan awal bela negara. Rumusan tersebut sangat jelas tujuan dan sasarannya yaitu setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban untuk mempertahankan kedaulatan negara, persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan wilayah NKRI. Namun demikian mengingat kemajemukan masyarakat dan keragaman budaya yang melatar belakanginya, maka pengertian bela negara mempunyai implikasi sosial budaya yang tidak boleh diabaikan dalam menanamkan kesadaran dan kepedulian segenap warga negara.


2.2 Penjabaran atau Wujud Cinta Tanah Air dalam Kehidupan Sehari-Hari
Seperti telah disinggung sebelumnya, cinta tanah air adalah sikap, tekad, serta tindakan. Mengacu pada pengertian tersebut, hendaknya cinta tanah air benar-benar diwujudkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apalah artinya kajian teoritis mengenai definisi cinta tanah air jika tidak dilaksanakan atau diterapkan dalam keseharian kita. Untuk itulah kita perlu mengamalkan atau merealisasikan kecintaan kita terhadap tanah air.
Mekipun cinta tanah air bersifat sedikit abstrak (tidak terdefinisi), namun hal itu menyetuh di seluruh kehidupan penduduk Indonesia dari Sabang sampai Meraoke. Dan kita harus menanamkan sifat bangga sebagai warga Negara Indonesia yang mempunyai beragam adat istiadat. Kecintaan terhadap tanah air dapat diwujudkan mulai dari hal-hal yang kecil maupun dalam lingkup yang kecil. Rasa cinta terhadap tanah air harus dimulai dari diri kita sendiri.
Misalnya, kita dapat memilih untuk lebih menggunakan produk-produk dalam negeri dibanding produk ekspor. Dengan demikian, produsen-produsen Indonesia tidak akan kalah saing dengan produsen luar negeri. Orang yang memperjual-belikan produk Indonesia di negara lain itu juga sudah termasuk menanamkan sikap cinta tanah air, meski tidak terdefinisi, karena dia dapat membawa dan mengharumkan nama bangsa Indonesia di negara lain.
Karena sekarang ini sudah mengalami perubahan, seperti sekarang ini sudah memasuki zaman globalisasi persaingan terjadi dimana-mana tidak di dalam maupun di luar negara, mungkin sekarang sudah banyak orang yang melupakan akan pentingnya cinta tanah air, karena alasan untuk bertahan hidup. Meskipun begitu kita sebagai warga negara yang baik harus menanamkan sikap cinta tanah air dalam kondisi apapun supaya dapat mewariskan di masa yang akan datang.
Perwujudan kecintaan kita terhadap tanah air lainnya adalah dengan turut serta mengurangi pemanasan global yang menjadi isu paling popular belakangan ini. Cara paling sederhana untuk berpartisipasi mengurangi pemanasan global dan efek rumah kaca adalah dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Lebih baik mengendarai angkutan umum. Bayangkan jika setiap satu individu menggunakan kendaraan pribadi, bagaimana keadaan jalanan? Selain macet, tentunya asap kendaraan-kendaraan bermotor akan menimbulkan polusi dan menyebabkan udara tidak layak dihirup karena sudah tercampur dengan zat-zat yang berasal dari asap knalpot. Selain itu, asap kendaraan bermotor juga dapat mengikis atmosfer sehingga menyebabkan lapisan ozon semakin menipis. Hal ini tentunya sangat berbahaya jika dibiarkan berlanjut. Untuk itulah salah satu perwujudan kecintaan kita terhadap tanah air adalah dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang bermotor.
Kita bisa beralih menggunakan sepeda atau berjalan kaki jika jarak yang kita tempuh tidak terlalu jauh. Sebut saja orang-orang Jepang. Mereka lebih memilih berjalan kaki atau menggunakan sepeda dari pada menggunakan mobil. Hal tersebut secara tidak langsung turut berpengaruh terhadap kondisi lingkungan mereka.
Perwujudan sederhana kecintaan kita terhadap tanah air adalah dengan menghemat penggunaan listrik dan penggunaan kertas. Dengan menghembat penggunaan kertas, maka kita telah berupaya ikut serta mengurangi penebangan pepohonan. Seperti kita ketahui, kayu pepohonanlah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas.
Dalam kehidupan sehari-hari, wujud cinta tanah air juga dapat berupa penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam percakapan dengan sesame. Kebanyakan dari kita belakangan ini lebih suka menggunakan bahasa yang –kata banyak orang- disebut bahasa gaul. Misalnya seperti gue elodibanding aku kamu. Pada 28 Oktober 1928 telah diikrarkan Sumpah Pemuda yang salah satunya dari tiga isinya ialah menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Selain bahasa gaul, bahasa yang dianggap lebih keren –kata anak muda- ialah bahasa Inggris. Kita tahu bahwa bahasa Inggris adalah bahasa internasional dan kita boleh mempelajarinya, bahkan diajarkan di sekolah. Namun tetap saja bangsa kita adalah bangsa Indonesia, sudah semestinya bahasa kita adalah bahasa Indonesia. Bagaimana mungkin kita mengaku sebagai bangsa Indonesia jika kita malah jauh lebih fasih berbicara menggunakan bahasa bangsa lain dibanding bahasa kita sendiri.
Perwujudan lainnya adalah dengan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari. Bagaimana kita tunduk kepada Sang Pencipta, menghargai sesama manusia, bersikap adil dan beradap, bermusyawarah, dan tidak membeda-bedakan stiap orang dapat juga dikategorikan sebagai perwujudan cinta tanah air.
Hal-hal yang tersebut di atas merupakan hal-hal kecil dan sederhana. Namun justru itulah perwujudan cinta tanah air yang semestinya. Kita tidak harus selalu bertempur di medan perang untuk membuktikan kecintaan kita terhadap Indonesia. Namun mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sudah termasuk cinta kepada tanah air.
Pengamalan Pancasila dikatakan sebagai bentuk cinta tanah air karena Pancasila merupakan ideologi nasional. Dan kita, sebagai bangsa Indonesia, tentunya berkewajiban untuk –tidak hanya menghafalkannya, tetapi juga- mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari kita.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, cinta tanah air haruslah dimulai dari diri sendiri, dimulai dari hal kecil dalam lingkup terkecil. Sebagai calon guru, kita tidak bisa menggembor-gemborkan semangat cinta tanah air kepada siswa kita nantinya jika kita sendiri tidak mewujudkan rasa cinta tanah air dalam kehidupan sehari-hari.
Perwujudan sederhana lainnya adalah dengan menjaga kerukunan antar sesama. Jika sebagai guru kita tidak dapat rukun dengan sesama, maka bagaimana bisa kita mengharapkan siswa kita mampu untuk hidup rukun? Guru adalah panutan dan teladan yang digugu dan ditiru. Sudah sewajibnya dan sewajarnya kita berperilaku yang taat moral agar dapat menjadi contoh yang baik bagi siswa-siswa kita nantinya.
Setelah itu, pentingnya mewujudkan cinta tanah air juga perlu kita ajarkan kepada siswa. Sedini mungkin mereka kita beri pengertian melalui tindakan-tindakan konkret agar mereka memahami betapa perlu dan pentingnya bangga dan cinta akan tanah airnya.
Untuk itulah, kita perlu melakukan berbagai upaya untuk menanamkan cinta tanah air dalam kehidupan sehari-hari kepada siswa kita nantinya. Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana upaya-upaya tersebut dilakukan oleh guru.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Upaya Menanamkan Cinta Tanah Air di Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan terkecil setiap orang. Manusia lahir dan tumbuh dalam keluarga. Keluarga mempunyai peran yang cukup besar dalam perkembangan kepribadian seorang anak. Dalam keluarga, anak memperoleh pendidikan pertamanya. Disana pula dasar atau fondasi diri seorang anak terbentuk. Bagaimana proses edukasi dalam sebuah keluarga sangat menentukan perkembangan moral, psikologis, dan spiritualis seorang anak.
Setiap keluarga harus mampu menciptakan suasana yang nyaman, aman, dan menyenangkan bagi setiap anggotanya agar tercipta ketentraman dan kedamaian yang diidam-idamkan. Hal tersebut dapat tercapai jika terjadi interaksi dan sosialisasi yang baik antar anggota keluarga.
Demikian halnya dengan penanaman cinta tanah air dalam diri seorang anak. Upaya pertama tentunya harus datang dari lingkungan keluarga. Bagaimanapun juga, keluarga adalah lingkungan yang paling kecil. Segala sesuatunya bermula di keluarga.
Upaya penanaman cinta tanah air di lingkungan keluarga dapat dilakukan dengan pemberian kebebasan setiap anggota keluarga untuk berpendapat. Sistem demokrasi dalam keluarga memang sederhana, namun justru sangat penting. Jika di dalam keluarga sudah diajarkan untuk berdemokrasi dan terbuka dengan pendapat orang lain, maka anak akan tumbuh menjadi seorang yang dapat menghargai setiap perbedaan yang ada. Hal itu sangat sesuai mengingat negara kita adalah negara yang majemuk dengan banyak perbedaan baik dalam hal adat istiadat, bahasa, budaya, suku, ras, agama, maupun pola piker tiap individu.
Jika seorang anak berbuat salah, orang tua tidak seharusnya langsung memberi hukuman. Pemberian hukuman belum tentu membuat anak merasa jera. Bahkan yang terjadi bisa sebaliknya. Anak akan merasa takut, terkekang, dan tidak nyaman berada dalam keluarga. Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang demokratis namun penuh kasih. Yang harus dilakukan orang tua adalah bertanya kepada anak apakah ia sedang menghadapi suatu masalah dan berusaha membantu menyelesaikannya.
Jika ada masalah, penyelesaiannya haruslah dengan musyawarah. Ayah sebagai kepala keluarga tidak boleh langsung menghakimi dan menghukum si anak. Orang tua harus mampu bersikap bijaksana serta adil dalam memperlakukan anaknya. Suasana demokratis sangat sesuai dengan sila ke-4 ideologi negara kita.
Upaya lain selain bersikap demokratis ialah dengan menjaga kerukunan antar anggota keluarga. Kerukunan dapat tercapai jika masing-masing anggota keluarga menjalankan perannya dengan baik. Yang lebih muda menghormati yang lebih tua dan yang lebih tua menyayangi yang lebih muda tanpa ada sikap merendahkan.
Contoh nyatanya, kita dapat mengajarkan kepada anak bagaimana cara bersikap sopan terhadap orang yang lebih tua, mengucap salam dan menyapa jika bertemu, berpamitan ketika hendak pergi, atau meluangkan waktu untuk bersama-sama sekedar nonton televisi atau libur akhir pekan.
Cinta tanah air juga dapat diwujudkan dengan pengamalan Pancasila seperti telah dijelaskan dalam bab sebelumnya. Kita juga dapat menanamkan cinta tanah air kepada anak dengan mengajarkannya hidup hemat, tidak boros, dan disiplin.
Hal lainnya adalah dengan membantu membersihkan rumah. Terkesan sepele memang. Namun hal tersebut sesuai dengan sila ke-2 Pancasila. Contoh lainnya adalah dengan mengajarkan kepada anak untuk tidak mengganggu anggota keluarga lainnya ketika sedang beribadah. Beribadah adalah hak setiap warga negara. Untuk itu kita harus menghormatinya.
3.2 Upaya Menanamkan Cinta Tanah Air di Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang turut membantu tugas pendidikan informal dalam lingkungan keluarga. Sekolah dapat dikatakan sebagai rumah kedua. Di sekolah, selain mendapatkan pendidikan akademik anak juga mendapatkan pendidikan moral dan spiritual.
Karena itulah sekolah juga menjadi salah satu wadah yang tepat untuk menanamkan cinta tanah air kepada seorang anak. Dalam hal ini guru sebagai pengelola kelas mempunyai peranan yang lebih besar dibanding warga sekolah lainnya seperti kepala sekolah, TU, maupun karyawan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan upacara bendera setiap hari Senin. Untuk membuktikan kecintaan kita terhadap tanah air memang tidak hanya dengan mengikuti upacara bendera. Namun dengan upacara bendera, kita telah mengajarkan kepada anak untuk menghormati bendera nasional dan para pahlawan yang telah gugur. Kita juga dapat mengintegrasikan penjelasan mengenai hal tersebut pada materi pelajaran, misalnya PKn dan IPS. Anak akan mengerti bahwa untuk mencapai kemerdekaan tidaklah mudah, namun harus melalui perjuangan yang sangat sulit bahkan sampai titik darah penghabisan.
Dengan upacara bendera, anak akan semakin mengerti akan susahnya merebut kemerdekaan. Dengan demikian, perjuangan generasi penerus selanjutnya ialah mempertahankan kemerdekaan itu, mempertahankan agar Merah Putih tetap berkibar dengan gagahnya.
Selain upacara bendera, upaya lain yang dapat dilakukan oleh guru untuk menanamkan cinta tanah air kepada siswa adalah dengan mengajrakan lagu-lagu daerah dan lagu wajib nasional. Dengan lagu-lagu daerah, siswa akan mengerti bahwa Indonesia terdiri atas beragam suku bangsa dengan adat dan budaya yang berbeda. Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, mulai dari bahasa, tarian, pakaian adat, maupun lagu daerah.
Dengan mengajarkan lagu-lagu daerah, siswa akan memahami bahwa setiap daerah mempunyai kekhasan tersendiri. Pengenalan akan lagu-lagu daerah dirasa sangat penting mengingat dewasa ini sudah jarang generasi penerus yang mengerti dan dapat menyanyikan lagu-lagu daerah.
Lagu-lagu daerah yang diajarkan dan dinyanyikan membuktikan bahwa Indonesia memang merupakan negara yang ber-bhineka, yakni negara yang berbeda-beda. Namun kebhinekaan itu tidaklah menjadi penghalang untuk bersatu dalam NKRI karena bagaimanapun kita tetaplah satu jua.
Di samping lagu-lagu daerah, siswa juga harus dikenalkan dan diajarkan untuk dapat menyanyikan lagu wajib nasional. Sungguh ironi sekali jika siswa SD zaman sekarang mampu menghafal puluhan lagu modern dengan musik yang lebih variatif namun malah tidak hafal bahkan tidak tahu menahu lagu wajib nasional.
Disinilah peran guru untuk menanamkan cinta tanah air kepada siswanya. Dengan mengajarkan siswanya menyanyikan lagu nasional, guru telah berupaya untuk mempunyai rasa cinta kepada tanah airnya. Pesannya ialah semodern apapun zamannya atau seberapa cepat pun waktu berubah, sebagai bangsa Indonesia kita tetap harus cinta akan tanah air kita.
Lagu wajib nasional juga berarti kesatuan kita sebagai bangsa Indonesia. Sekalipun setiap daerah mempunyai lagu khas masing-masing, namun setiap warga negara harus memapu menyanyikan lagu kebangsaan atau lagu nasional. Hal tersebut karena kita satu bangsa, Indonesia.
Upaya lainnya adalah dengan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk belajar bahasa Indonesia secara kontekstual. Kebanyakan seseorang lebih cenderung menggunakan bahasa ibu dibanding bahasa persatuan yakni bahasa Indonesia. Bahkan ketika tumbuh dewasa, tidak jarang orang yang menggunakan bahasa yang disebut bahasa gaul karena meniru apa yang ditayangkan di televisi setiap hari.
Menyikapi hal tersebut, guru harus membiasakan siswanya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar agar tidak terkikis oleh zaman. Pembelajaran bahasa bukanlah pembelajaran verbal dengan pendekatan teoretis. Namun pembelajaran bahasa adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual.
Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Secara sederhana, pembelajaran bahasa akan lebih mudah diserap jika guru mengajarkannya dengan mengintegrasikan dalam percakapan sehari-hari. Dengan berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta teratur, perlahan siswa akan mengikuti. Namun jika guru menjelaskan di depan kelas bagaimana cara berbahasa Indonesia yang baik namun tidak menerapkannya dalam keseharian, maka pembelajaran menjadi kurang bermakna.
Pentingnya berbahasa Indonesia yang baik dan benar didasarkan pada alasan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa persatuan yang telah disepakati sejak Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa nasional dalam kehidupan sehari-hari sudah dapat dikatakan salah satu upaya mewujudkan cinta tanah air karena secara langsung atau tidak kita telah mengajarkan kepada siswa untuk melestarikan bahasa Indonesia.
Hal sederhana lainnya adalah dengan mengajak siswa menjenguk temannya yang sakit, bersikap rukun dan saling menghormati, saling membantu jika ada temannya yang kesusahan, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut memang sangat sederhana, namun nilainya sangat penting. Dengan melakukan kebaikan-kebaikan kecil yang seolah tak terlihat, sebenranya pengamalan Pancasila telah dilaksanakan. Dan seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, pengamalan pancasila merupakan salah satu wujud cinta kepada tanah air.
Pentingnya mengamalkan Pancasila tidak hanya terjadi di lingkungan keluarga, namun juga di lingkungan sekolah, bahkan masyarakat. Pancasila sebagai ideology bangsa tentunya tidak hanya diterapkan di satu lingkungan saja, namun harus menyeluruh ke dalam setiap sendi-sendi kehidupan kita.
Upaya lainnya adalah dengan mengadakan berbagai lomba ketika menyambut perayaan hari kemerdekaan RI. Menjelang 17 Agustus, guru dapat mengadakan berbagai lomba misalnya menggambar, menari, menyanyi, tarik tambang, dan sebagainya. Manfaat dari diadakannya lomba ini sangat banyak, antara lain mengembangkan kreativitas siswa, melatih kekompakan baik antar siswa, antar guru, maupun antara siswa dengan guru.
3.3 Upaya Menanamkan Cinta Tanah Air di Masyarakat
Lingkungan yang lingkupnya lebih luas adalah lingkungan masyarakat. Selain hidup di lingkungan keluarga dan sekolah, anak tumbuh dan berkembang di masyarakat. Bagaimanapun juga, masyarakat juga turut memberikan peranan dalam perkembangan kepribadian seorang anak. Oleh karena itu, masyarakat juga perlu berupaya untuk menanamkan cinta tanah air kepada anak, terutama usia SD. Karena usia SD –terutama kelas rendah- merupakan usia emas dimana anak mudah menyerap segala informasi yang didapatkannya.
Upaya menanamkan cinta tanah air di masyarakat dapat dilakukan dengan mengadakan berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan, misalnya kerja bakti. Anak mungkin masih belum banyak membantu suksesnya kegiatan kerja bakti mengingat tenaga mereka belum cukup kuat. Namun anak dapat melakukan pekerjaan yang ringan misalnya membuang sampah dan sebagainya. Yang didapatkan oleh anak ialah semangat gotong royong yang merupakan implementasi dari Pancasila sila ke-3.
Upaya lainnya adalah dengan mengajarkan anak untuk mencintai lingkungannya. Mecnintai lingkungan dapat dilakukan dengan tidak membuang sampah sembarangan, menanam pohon, atau merawat tanaman dengan baik. Jika lingkungan bersih dan sehat, maka akan tercipta lingkungan yang nyaman untuk ditempati.
Hal lainnya adalah dengan mengikutsertakan anak dalam kegiatan-kegiatan seperti lomba-lomba tujuh belasan. Selain dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya, anak juga akan memahami semngat kebersamaan dan kekeluargaan dalam lingkungan masyarakat.
Perlu juga diadakan kegiatan karang taruna untuk menanamkan cinta tanah air. Namun, mengingat usia SD masih dirasa terlalu kecil, maka kita cukup mengenalkan saja.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keluarga merupakan pendidikan informal bagi anak. Keluarga juga merupakan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Untuk menanamkan cinta tanah air di lingkungan keluarga adalah dengan membiasakan hidup rukun dan demokratis. Selain itu adalah dengan hidup hemat, tidak boros, disiplin, dan saling menghormati antar anggota keluarga.
Di sekolah, upaya menanamkan cinta tanah air adalah dengan mengadakan upacara bendera, menyanyikan lagu daerah dan lagu nasional, serta mengadakan berbagai kegiatan seperti lomba tujuh belasan dan sebagainya.
Di masyarakat, menanamkan cinta tanah air dapat dilakukan dengan cara mengadakan kerja bakti, membuang sampah pada tempatnya, dan mengikuti lomba-lomba menjelang 17 Agustus.
4.2 Saran
Baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat harus terus berupaya untuk menanamkan cinta tanah air kepada anak khususnya usia SD karena pada usia ini anak mudah menyerap informasi. Penanaman cinta tanah air sejak dini membuat nasionalisme pada anak semakin melekat hingga dewasa.

0 komentar: